I regard no man as poor who has a godly mother (Aku tak menganggap seorang pria sebagai orang miskin jika ia punya ibu yang hebat) - Abraham Lincoln
Siapa yang tidak mengenal seorang mama, mungkin ada yang terlahir dengan tanpa mama atau ditinggal dengan seorang mama. Tapi siapa yang tidak terlahir dari rahim seorang mama? Pernahkah kalian membayangkan, seberapa kuat perjuangan seorang mama melahirkan kita dari perut mungilnya. Aku sering membayangkan bagaimana perjuangan mama melahirkanku, mengeluarkanku dari perutnya, mengatasi tangis kecilku yang bising di telinga mereka. Dan pernahkah kalian membayangkan tetesan darah yang dikeluarkan mama saat melahirkan kita? Aku selalu nangis ketika membayangkannya.
Aku tak pernah melupakan moment-moment ketika mama berjualan bakmi sampai terlelap di kasurnya. Aku pun menawarkan "Bagaimana jika aku yang menjual bakmi tersebut?" mamaku selalu berkata "mama capek" namun ketika ada pembeli, dengan sigapnya ia keluar kamar dan melayani pembeli. Disitu aku berpikir betapa kerasnya perjuangan seorang mama untuk mencukupi makan dan kebutuhanku.
Aku juga tak pernah lupa tentang kebersamaanku dengan mama ketika aku bermain gitar dan mama bernyanyi. Ketika aku kelas 6 aku meminta mamaku untuk membelikan gitar impianku, dan ternyata pemberian yang dibelikan oleh mama menghasilkan moment-moment indah bagiku.
Namun, bagaimana jika aku tak mengenal seorang mama? Bagaimana jika aku tak merasakan kehadiran mama? dan bagaimana jika menurutku, aku belum cukup membahagiakan mama sebelum waktunya datang? Aku tak mau kehilangan seorang mama yang selalu berada di sampingku ketika aku sakit hingga saat ini, aku tak mau menjadi anak yang tidak menghargai sebuah perjuangan tetesan darah yang diberikan oleh mama.
Aku selalu teringat dengan kata-kata temanku yaitu Evan "Jo, coba deh lu bayangin apa yang mama lu pernah perjuangin dari kecil sampe sekarang buat lu. Itu akan membantu lu dalam satu hari ini.". Aku melakukan apa yang Evan perintahkan, dan seketika aku berpikir bahwa semua uang jajanku itu adalah pengorbanan seorang mama, seorang mama yang berusaha menafkahi sekolahku. Coba kalian bayangkan, apakah mudah mencari uang? Apakah semudah membalik telapak tangan? Satu hal yang selalu aku ingat dan tertanam dipikiran ku, aku tidak mau kehilangan seorang mama sebelum aku sudah membanggakan mama.
Aku tak pernah melupakan moment-moment ketika mama berjualan bakmi sampai terlelap di kasurnya. Aku pun menawarkan "Bagaimana jika aku yang menjual bakmi tersebut?" mamaku selalu berkata "mama capek" namun ketika ada pembeli, dengan sigapnya ia keluar kamar dan melayani pembeli. Disitu aku berpikir betapa kerasnya perjuangan seorang mama untuk mencukupi makan dan kebutuhanku.
Aku juga tak pernah lupa tentang kebersamaanku dengan mama ketika aku bermain gitar dan mama bernyanyi. Ketika aku kelas 6 aku meminta mamaku untuk membelikan gitar impianku, dan ternyata pemberian yang dibelikan oleh mama menghasilkan moment-moment indah bagiku.
Namun, bagaimana jika aku tak mengenal seorang mama? Bagaimana jika aku tak merasakan kehadiran mama? dan bagaimana jika menurutku, aku belum cukup membahagiakan mama sebelum waktunya datang? Aku tak mau kehilangan seorang mama yang selalu berada di sampingku ketika aku sakit hingga saat ini, aku tak mau menjadi anak yang tidak menghargai sebuah perjuangan tetesan darah yang diberikan oleh mama.
Aku selalu teringat dengan kata-kata temanku yaitu Evan "Jo, coba deh lu bayangin apa yang mama lu pernah perjuangin dari kecil sampe sekarang buat lu. Itu akan membantu lu dalam satu hari ini.". Aku melakukan apa yang Evan perintahkan, dan seketika aku berpikir bahwa semua uang jajanku itu adalah pengorbanan seorang mama, seorang mama yang berusaha menafkahi sekolahku. Coba kalian bayangkan, apakah mudah mencari uang? Apakah semudah membalik telapak tangan? Satu hal yang selalu aku ingat dan tertanam dipikiran ku, aku tidak mau kehilangan seorang mama sebelum aku sudah membanggakan mama.